Kapuas.Net, Sekayam, Sanggau – Polemik pendistribusian Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi di daerah terus menjadi perhatian berbagai pihak.
Di satu sisi, pemerintah menegaskan bahwa BBM subsidi harus disalurkan secara tepat sasaran.
Namun, di sisi lain, masyarakat pedesaan bergantung pada BBM subsidi untuk kebutuhan sehari-hari, terutama karena jarak antara rumah dan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang cukup jauh.
Baru-baru ini, antrean panjang di SPBU Sekayam menarik perhatian publik. Warga desa terlihat berbondong-bondong datang untuk mendapatkan BBM subsidi, termasuk dengan membawa jeriken.
Kondisi ini sempat menimbulkan spekulasi adanya dugaan penyelewengan BBM subsidi di SPBU tersebut.
Menanggapi hal tersebut, pengelola SPBU No. 6478506 Sekayam, Lihun, membantah adanya praktik penyelewengan.
Ia menegaskan bahwa antrean panjang terjadi karena keterbatasan kuota BBM subsidi, terutama jenis Pertalite.
“Bukan karena kami lebih mendahulukan pengisian jeriken. Kuota Pertalite memang terbatas, jadi setiap kali stok tersedia, pasti terjadi antrean panjang, baik dari kendaraan roda dua maupun roda empat,” jelas Lihun.
Ia juga menambahkan bahwa warga yang membeli menggunakan jeriken umumnya berasal dari desa yang jaraknya jauh dari SPBU.
Menurutnya, tidak mungkin warga yang tinggal di pedalaman hanya membeli BBM untuk kendaraan pribadi tanpa membawa cadangan.
“Yang isi pakai jeriken itu juga tidak dalam jumlah banyak. Kami batasi dua jeriken per orang, dengan kapasitas sekitar 40-50 liter. Pada dasarnya, kami tetap mengutamakan pengisian untuk kendaraan dibandingkan jeriken,” tegasnya.